Thursday, July 26, 2012

Diamond In The Rough


Dia namanya. Bukan nama aslinya. Karena kita akan memanggil dia dengan; dia.
Dia yang biasa. Terlalu biasa untuk dipandang orang-orang lain. Mereka itu bersinar seperti berlian mahal, membuat matamu sakit. Oleh sinar dan harganya.

Dia tidak banyak bicara. Karena tidak pandai dalam bicara--walaupun zodiaknya menyatakan dengan jelas bahwa ia cukup humoris untuk membuat perutmu terkocok----hingga ia sering sekali terlempar dari kerumunan. Membawanya ke sudut-sudut ruangan, tempat yang sebenarnya dia berada. Yang kosong dan sepi. 
Kita seharusnya prihatin, merasa iba. Begitu pula dengan hal yang diinginkannya. Namun mereka itu hanya manusia. Yang mereka tahu adalah tidak tahu.

Dia tidak terlihat namun segilintir masih bisa melihat bayangannya. Tapi dia kini sedang mencoba menghilang selama ia bisa. Kau tak akan melihatnya lagi, ia menjamin akan yang satu itu.
Dia tahu dia merasa tidak nyaman. Bagaimana ingin merasa nyaman jika tak seorangpun yang benar-benar ingin mendengar ceritamu? Bahkan untuk sempat memikirkannya saja tidak. Tubuh mereka itu bukan semuanya telinga namun corong. Jelas saja untuk memperkeras cerita mereka agar lebih didengar, kalau bisa sampai belahan dunia. 
Itu manusia. Dia pun juga manusia. Dia juga ingin didengar tapi tak sebanyak itu.

Dia tidak berharap apa-apa. Meski aku tahu ia sangat menginginkannya. Bahwa dia ada, seseorang diluar sana yang siaga mendengar dengan tubuh penuh telinga. Melihat dia, sebuah berlian dalam bentuk kasar. Yang akan berkilauan tepat waktunya. 

Dia pikir mustahil. Tapi aku ingin bahwa dia tahu aku mempercayainya.
Bahwa dia yang aku dan kita berdua bisa menemukan seseorang itu.

"you can't keep the shiniest diamond for being admired." - Gerardo Martinez

Tuesday, July 24, 2012

Saturday, July 21, 2012

For Some Reasons, I Would Feel The Same Way Someday

"Again and again, however, we know the language of love, and the little churchyard with its lamenting names and the staggeringly secret abyss in which others find their end: again and again the two of us go out under the ancient trees, make our bed again and again between the flowers, face to face with the skies" - Rainer Maria Rilke, "Again And Again, However We Know The Landscape Of Love"

Namun lagi dan lagi kita mengenal bahasa cinta, dan halaman gereja kecil disana,
dengan nama-nama menyedihkan dan jurang rahasia menakutkan tempat orang lain menemukan akhir mereka:
lagi dan lagi kita berdua berjalan keluar menuju pepohonan tua,
berbaring lagi dan lagi di antara bunga, berhadap-hadapan dengan langit

Betmen Rock My Day

Feel exhausted. Now my bones are like, crack on all sides. But really, yesterday was epic day of my life. Umm, sort of. I never spent my day with both my family & friends at the same time. And felt good about it. Although the weather was hot as hell.

I and a friend of mine was watching movie in cinema. We watched The Dark Knight Rises. The movie? awesome. When the movie ended I was all like, amazed by it. Batman is always really worth watching. I started to think that Christian Bale the guy who played to be Bruce Wayne is such an attractive person. Hihi.
I bought something too, we did window-shopping.
A hat with raccoon tail attached at the back like those of the hunter's and two CDs. I don't have any idea what hat it is. My thought is that hat is usually wore by a person for hunting on such a cold weather.
It's silly, isn't it? It looks a lot like a real raccoon. Well spending a lot of money for unnecessary things is, you could say, my ability. But the rest, I indeed had so much fun. Spend two and a half hours to sit and watch Batman is already paid off after all.

Thursday, July 19, 2012

(Im)Patient Kills

Aku yang sabar. Naluriku yang brutal karena tak sabar. Ini semua salah mereka. Mereka--dengan tatapan mata yang mantap dan lugas---yang begitu cepat memutuskan. Mengiming-imingi impian mereka dengan segumpal keberhasilan yang menurutnya akan didapatkan. Karena mereka mengerti betul diri mereka. Mereka tahu apa yang mereka inginkan sejak pertama.

Mungkin salahku, mungkin juga salah naluriku. Kemungkinan ini 'mungkin' yang akan menemukan aku, atau bisa saja sebaliknya. Menjebakku ke jalan buntu. Karena aku tidak mendengarkan lebih seperti aku didengarkan. Aku tidak berhenti berbicara lebih banyak disaat aku membungkam pembicaraan orang lain. Mungkin sepanjang eksistensiku, aku mendominasikan hal-hal konyol ketimbang diriku sendiri. Hingga saat aku menghadap cermin, yang kulihat bukan diriku.  Hanya seonggok daging setengah bernyawa. Entah kemana sisanya.


Mungkin yang harusnya kulakukan sekarang
adalah,
cukup diam hingga aku dapat melihat seperti apa diriku yang sebenarnya.

This is the third times I made blog, again (the last ones was deleted). And this is the second times I typed the exact words as those right before this sentence. I think it's nice to start all over again. Because, really, other blogs I deleted was the worst of all. Then here it is, I proudly presents you my blog, Untold & Unspoken. I hope you like this one or just fine with it. And it would be glad if you leave a comment for my post, di follow apalagi heheh.

Fyi the last post is my creation. I really don't know what is that, maybe kinda like a poetry or dramatic writings. Well I just typed every word that popped out of my head. Voila! I created Another in Summer. Actually I got inspirations from a book--The Wolves of Mercy Falls series, the first one, Shiver by Maggie Stiefvater. I read it in a novel translation not the first edition.
That is an amazing book I've ever read. I really fond the two main characters. Grace and Sam. What an extraordinary love story. Although the plot is rather out of place, like magic and werewolf thingy. Because there is no any reasons to convince me to believe the story unless the trust itself. But overall I really like it. 

Anyway this is so late at night. And I've been yawning couple times while typing this. I should probably go to sleep rite now. So, goodnight.
Have a good sleep everyone.

Wednesday, July 18, 2012

Another Winter In Summer

Angin dingin itu menusukku. Menusuk setiap bagian tubuhku agar sebisanya aku terluka. Dalam dan lebih dalam. Sampai-sampai aku tersedak oleh ludahku sendiri. Bagus, kataku dalam hati. Bahkan tubuhku sendiri menolak untuk membantuku menghilangkan angin sendu ini.

Aku menggapai sesuatu yang bisa kuraih agar dingin yang kurasakan berkurang. Namun aku terlalu sibuk dengan dingin yang menyerangku. Bertubi-tubi hingga rasanya aku tak kuat lagi menopang diriku. Ingin aku meronta-ronta meminta bantuan. Dan aku melakukannya. Bodohnya aku, tidak ada gunanya meminta pertolongan. Suaraku tercekat. Angin bodoh itu mengelilingiku layaknya aku berada di ruang hampa. Semua sia-sia.

Hal yang paling menyakitkan daripada angin dingin yang mencelakakanku adalah disaat aku menyadari bahwa orang lain tidak. Mereka tidak bergelut sepertiku. Tidak bersusah payah menghilangkan angin dingin ini. Bahwa sinar matahari pada bulan July menyinari mereka---menyinari kulit mereka.
Mereka hangat dan aman, kecuali aku, kebas dan menggigil melawan angin dingin bodoh.