Wednesday, July 18, 2012

Another Winter In Summer

Angin dingin itu menusukku. Menusuk setiap bagian tubuhku agar sebisanya aku terluka. Dalam dan lebih dalam. Sampai-sampai aku tersedak oleh ludahku sendiri. Bagus, kataku dalam hati. Bahkan tubuhku sendiri menolak untuk membantuku menghilangkan angin sendu ini.

Aku menggapai sesuatu yang bisa kuraih agar dingin yang kurasakan berkurang. Namun aku terlalu sibuk dengan dingin yang menyerangku. Bertubi-tubi hingga rasanya aku tak kuat lagi menopang diriku. Ingin aku meronta-ronta meminta bantuan. Dan aku melakukannya. Bodohnya aku, tidak ada gunanya meminta pertolongan. Suaraku tercekat. Angin bodoh itu mengelilingiku layaknya aku berada di ruang hampa. Semua sia-sia.

Hal yang paling menyakitkan daripada angin dingin yang mencelakakanku adalah disaat aku menyadari bahwa orang lain tidak. Mereka tidak bergelut sepertiku. Tidak bersusah payah menghilangkan angin dingin ini. Bahwa sinar matahari pada bulan July menyinari mereka---menyinari kulit mereka.
Mereka hangat dan aman, kecuali aku, kebas dan menggigil melawan angin dingin bodoh.

No comments:

Post a Comment